Pengertian Proses Pembelajaran (2) - Guru Kelas Madrasah Abad 21
Headlines News :
Home » » Pengertian Proses Pembelajaran (2)

Pengertian Proses Pembelajaran (2)

Written By Unknown on Minggu, 29 September 2013 | 23.35


Proses Pembelajaran

Pembelajaran di sini bukan sekedar upaya untuk memberikan pengetahuan yang beroerientasi pada target penguasan materi (siswa lebih banyak menghafal dari pada menguasai keahlian) yang diberikan gurunya, akan tetapi juga memberikan sebuah  pedoman hidup yang akan dapat bermanfaat bagi dirinya dan manusia lainnya,  pembelajaran juga memberikan hiburan (eduatainment) kepada peserta didik agar bisa menjalankan aktivitas pembelajaran dengan menyenangkan bukan karena keterpakasaan.  Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat Ahmad Sabri dalam bukunya bahwa orang yang sudah melakukan proses bembelajaran diharapkan akan bisa merasa lebih bahagia, lebih pantas memanfaatkan alam sekitar, menjaga kesahatan, meningkatan pengabdian untuk ketrampilan serta melakukan pembedaan (terdapat perbedaan keadaan antara sebelum dan sesudah melakukan proses pembelajaran)[1]
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar, yang mana belajar-mengajar dan pembelajaran terjadi secara bersama-sama. Proses pembelajaran dapat pula terjadi tanpa kehadiran guru atau tanpa kegiatan mengajar dan belajar secara formal. Akan tetapi proses pembelajaran dapat dilakukan di manapun dan kapanpun tanpa terikat formalitas lembaga pendidikan. Sedangkan mengajar atau belajar secara formal yang dimaksud penulis dalam skripsi ini yaitu meliputi segala hal yang guru lakukan di kelas atau di luar kelas dalam suatu jam mata pelajaran atau di luar jam mata pelajaran yang masih ada ikatan dengan peraturan sekolah. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Wijaya Kusumah dalam artikelnya bahwa Strategi dan pendekatan pembelajaran tidak lagi bertumpu pada guru tetapi berorientasi pada siswa sebagai subyek (student centered). Guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Tanpa guru, pembelajaran tetap dapat dilaksanakan karena adanya sumber belajar yang lain.[2]
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Wijaya Kusumah bahwasanya:
Kegiatan belajar bisa saja terjadi walaupun tidak ada kegiatan mengajar. Begitu pula sebaliknya, kegiatan mengajar tidak selalu dapat menghasilkan kegiatan belajar. Ketika Anda menjelaskan pelajaran di depan kelas misalnya, memang terjadi kegiatan mengajar. Tetapi, dalam kegiatan  itu tak ada jaminan telah terjadi kegiatan belajar pada setiap siswa yang Anda ajar. Kegiatan mengajar dikatakan berhasil hanya apabila dapat mengakibatkan / menghasilkan kegiatan belajar pada diri siswa. Jadi, sebenarnya hakekat guru mengajar adalah usaha guru untuk membuat siswa belajar. Dengan kata lain, mengajar merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar.[3]

Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika si pembelajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru tidak dapat “mewakili” belajar untuk siswanya. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang sedang mengajar. Ada satu syarat mutlak yang harus dipenuhi agar terjadi kegiatan belajar. Syarat itu adalah adanya interaksi antara pebelajar (learner) dengan sumber belajar. Jadi, belajar hanya terjadi jika dan hanya jika terjadi interaksi antara pebelajar dengan sumber belajar. Tanpa terpenuhi syarat itu, mustahil kegiatan belajar akan terjadi.[4]
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seorang. Inilah yang merupakan sebagai inti proses pembelajaran. Perubahan teresebut bersifat; 1. Intensional, yaitu perubahan yang terjadi karena pengalaman atau praktek yang dilakukan, proses belajar dengan sengaja dan disadari, buka terjadi karena kebetulan, 2. Positif-aktif, perubahan yang bersifat positif-aktif. Perubahan bersifat positif yaitu perubahan yang bermanfaat sesuai dengan harapan pelajar, disamping menghasilkan sesuatu yang baru dan lebih baik dibanding sebelumnya, sedangkan perubahan yang bersifat aktif yaitu perubahan yang terjadi karena usaha yang dilakukan pelajar, bukan terjadi dengan sendirinya, 3. Efektif fungsional, perubahan yang bersifat efektif yaitu dimana adanya perubahan yang memberikan penaruh dan manfaat bagi pelajar. Adapun yang bersifat fungsional yaitu perubahan yang relatif tetap serta dapat diproduksi atau dimanfaatkan setiap kali dibutuhkan.[5] Teori pembelajaran tidak saja berbicara tentang bagaimana peserta didik belajar, tetapi juga mempertimbangkan hal-hal lain  yang mempengaruhi peserta didik secara psikologis, biologis, antropologis, dan sosiologis.[6]
Dapat penulis simpulkan dalam pembehasan di atas bahwasanya terjadinya perubahan menjadi lebih baik pada diri siswa tidak hanya disebabkan oleh faktor penyampaian materi pembelajaran oleh guru yang baik dan mudah dicerna oleh peserta didik, akan tetapi perubahan itu murni dari kehendak peserta didik itu sendiri. Oleh karena itu tugas pendidik dalam proses pembelajaran adalah menjadikan peserta didik mau dan mampu belajar secara efektif dan efesian (tepat sasaran). Dan media pembelajaran adalah sarana yang cukup meringankan tugas guru untuk proses pembelajaran.

[1]Sabri, Strategi Belajar Mengajar, 34.
[2]Kusumah, ”pemanfaatan sumber”,  diakses tanggal 30 September 2013, pukul 12.15 WIB.
[3]Kusumah, ”pemanfaatan sumber”,  diakses tanggal 30 September 2013, pukul 12.15 WIB.
[4]Ibid,.
[5]Sabri, Strategi Belajar Mengajar, 34.
[6]Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran;, Landasan dan Aplikasinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 61
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Daftar Isi Blog

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Guru Kelas Madrasah Abad 21 - All Rights Reserved
Original Design by Creating Website Modified by ZenMs40